Penyebab Anak Menjadi Tidak Percaya Diri
Percaya diri adalah yakin bahwa
dirinya mampu atau yakin bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu dengan nyaman.
Untuk menumbuhkan sikap percaya diri anak perlu merasa aman dan nyaman atas
dirinya sendiri.
Bagi orangtua berikut ini
beberapa hal yang sering terjadi sehingga menyebabkan anak menjadi tidak
percaya diri :
Memberikan julukan yang negativ kepada anak
Memberikan julukan negative
kepada anak termasuk sikap yang dapat menyebabkan hilangnya rasa percaya diri pada anak, tentu saja hal ini berdampak negative terhadap perkembangan
psikologi anak itu sendiri. Misalnya, ketika anak Anda sedang bermain di ruang
tamu yang banyak terdapat property atau barang lainnya, hingga pada suatu saat
salah satu benda yang ada di ruangan itu rusak atau terjatuh karena anak Anda,
Anda pun memvonis anak Anda dengan kata “anak perusak atau “anak ceroboh”
terlebih lagi Anda mengucapkannya dengan nada dan ekspresi yang menimbulkan
rasa takut anak. Dengan mengucapkan julukan negative kepada anak, tanpa Anda
sadari hal itu bisa memicu mejadikan hilangnya rasa percaya diri anak. Jangan
lakukan hal itu pada anak Anda!
Berprasangka negatif pada anak
Setiap anak memiliki tingkat
kemampuan pada dirinya yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia dan mental
anak. ada anak yang mampu menaiki tangga tanpa berpegangan dan ada pula anak
yang takut untuk menaiki tangga dengan tinggi tangga dan tingkat usia anak
sama.
Untuk hal berprasangka negatif
pada anak misalnya, ketika anak Anda melakukan kegiatan baru, Anda sebagai
orangtua pesimis terhadap apa yang lakukan oleh anak Anda dengan mengucapkan “
emangnya kamu bisa ? “ atau ucapan lainnya yang serupa.
Banyak melarang anak
Orang tua mana yang tidak sayang
kepada buah hatinya, namun terkadang beberapa orangtua yang terlalu sayang
kepada anaknya sehingga melarang semua aktivitas anak karena terlalu khawatir
terhadap keselamatan anak.
Misalnya, ketika anak sedang
bermain petak umpet bersama dengan teman-temannya, orangtua melarang karena
khawatir akan keselamatan anaknya bila terjadi hal belum tentu membahayakan
anak itu sendiri, padahal ketika anak aktif dan berinteraksi dengan teman
sebayanya akan menstimulasi perkembangan fisik dan mental anak untuk lebih
percaya diri. Namun ketika anak Anda sedang bermain kontrol terhadap anak
mutlak untuk dilakukan.
Reaksi berlebihan ketika anak melakukan kesalahan
Namanya juga anak-anak yang masih
dalam tahap perkembangan, kesalahan-kesalahan kerap dilakukan oleh anak. Namun
demikian, sebagai orangtua kita tidak sepatutnya bereaksi terlalu keras dengan
nada yang tinggi menyalahkan anak akibat kesalahannya. Jika terlalu keras dalam
bereaksi terhadap kesalahan anak, hal ini dapat membuat anak takut, panik dan
enggan untuk mencoba lagi dan lagi terhadap hal baru di kemudian hari.
Memaksa anak melakukan sesuatu diluar kemampuannya
Jangan paksakan kepada anak untuk
melakukan diluar kewajaran dan kemampuan anak Anda, misalnya anak usia 6 tahun
dipaksakan untuk mengerjakan soal yang seharusnya dikerjakan anak usia kelas 2
SMP.
Tidak memberikan anak peran dan tanggungjawab di rumah
Anak merupakan bagian dari
anggota keluarga Anda, dengan demikian tidak ada salahnya memberikan anak Anda
peran dan tanggungjawab di rumah sesuai dengan kemampuannya, misalkan anak berperan
untuk membersihkan tempat tidurnya ketika ia bangun pagi, dengan begitu anak
merasa memiliki tanggungjawab untuk hal membersihkan tempat tidurnya setiap
pagi.
Hubungan Orang Tua dan Anak Kurang Menyenangkan
Entah karena kesibukan Anda atau
ada hal lain sehingga Anda lupa atau tidak sempat meluangkan waktu Anda sejenak
untuk keluarga, khususnya anak-anak Anda. Karena kurangnya intensitas
komunikasi atau hanya sekedar ngobrol bersama anak Anda dapat mengakibatkan
hubungan orang tua dan anak kurang menyenangkan. Hal ini dapat berdampak
terhadap tingkat percaya diri anak Anda, karena kurangnya hubungan dalam hal
berinteraksi dan berbicara langsung.
Anak lahir
dengan motivasi dari dalam dirinya. Orang tua berperan untuk mengembangkan
motivasi dalam diri anak bukan memupuk motivasi dari luar dirinya. Motivasi
untuk melakukan sesuatu yang didorong dari luar diri anak (misalnya karena
hadiah atau sogokan), tidak membentuk kemampuan dan perilaku anak yang baik.