Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyebab Anak Menjadi Tidak Percaya Diri

percaya diri anak

Percaya diri adalah yakin bahwa dirinya mampu atau yakin bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu dengan nyaman. Untuk menumbuhkan sikap percaya diri anak perlu merasa aman dan nyaman atas dirinya sendiri.

Bagi orangtua berikut ini beberapa hal yang sering terjadi sehingga menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri :

Memberikan julukan yang negativ kepada anak

Memberikan julukan negative kepada anak termasuk sikap yang dapat menyebabkan hilangnya rasa percaya diri pada anak, tentu saja hal ini berdampak negative terhadap perkembangan psikologi anak itu sendiri. Misalnya, ketika anak Anda sedang bermain di ruang tamu yang banyak terdapat property atau barang lainnya, hingga pada suatu saat salah satu benda yang ada di ruangan itu rusak atau terjatuh karena anak Anda, Anda pun memvonis anak Anda dengan kata “anak perusak atau “anak ceroboh” terlebih lagi Anda mengucapkannya dengan nada dan ekspresi yang menimbulkan rasa takut anak. Dengan mengucapkan julukan negative kepada anak, tanpa Anda sadari hal itu bisa memicu mejadikan hilangnya rasa percaya diri anak. Jangan lakukan hal itu pada anak Anda!

Berprasangka negatif pada anak

Setiap anak memiliki tingkat kemampuan pada dirinya yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia dan mental anak. ada anak yang mampu menaiki tangga tanpa berpegangan dan ada pula anak yang takut untuk menaiki tangga dengan tinggi tangga dan tingkat usia anak sama.

Untuk hal berprasangka negatif pada anak misalnya, ketika anak Anda melakukan kegiatan baru, Anda sebagai orangtua pesimis terhadap apa yang lakukan oleh anak Anda dengan mengucapkan “ emangnya kamu bisa ? “ atau ucapan lainnya yang serupa.

Banyak melarang anak

Orang tua mana yang tidak sayang kepada buah hatinya, namun terkadang beberapa orangtua yang terlalu sayang kepada anaknya sehingga melarang semua aktivitas anak karena terlalu khawatir terhadap keselamatan anak. 

Misalnya, ketika anak sedang bermain petak umpet bersama dengan teman-temannya, orangtua melarang karena khawatir akan keselamatan anaknya bila terjadi hal belum tentu membahayakan anak itu sendiri, padahal ketika anak aktif dan berinteraksi dengan teman sebayanya akan menstimulasi perkembangan fisik dan mental anak untuk lebih percaya diri. Namun ketika anak Anda sedang bermain kontrol terhadap anak mutlak untuk dilakukan.

Reaksi berlebihan ketika anak melakukan kesalahan

Namanya juga anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan, kesalahan-kesalahan kerap dilakukan oleh anak. Namun demikian, sebagai orangtua kita tidak sepatutnya bereaksi terlalu keras dengan nada yang tinggi menyalahkan anak akibat kesalahannya. Jika terlalu keras dalam bereaksi terhadap kesalahan anak, hal ini dapat membuat anak takut, panik dan enggan untuk mencoba lagi dan lagi terhadap hal baru di kemudian hari.

Memaksa anak melakukan sesuatu diluar kemampuannya

Jangan paksakan kepada anak untuk melakukan diluar kewajaran dan kemampuan anak Anda, misalnya anak usia 6 tahun dipaksakan untuk mengerjakan soal yang seharusnya dikerjakan anak usia kelas 2 SMP.

Tidak memberikan anak peran dan tanggungjawab di rumah

Anak merupakan bagian dari anggota keluarga Anda, dengan demikian tidak ada salahnya memberikan anak Anda peran dan tanggungjawab di rumah sesuai dengan kemampuannya, misalkan anak berperan untuk membersihkan tempat tidurnya ketika ia bangun pagi, dengan begitu anak merasa memiliki tanggungjawab untuk hal membersihkan tempat tidurnya setiap pagi.

Hubungan Orang Tua dan Anak Kurang Menyenangkan

Entah karena kesibukan Anda atau ada hal lain sehingga Anda lupa atau tidak sempat meluangkan waktu Anda sejenak untuk keluarga, khususnya anak-anak Anda. Karena kurangnya intensitas komunikasi atau hanya sekedar ngobrol bersama anak Anda dapat mengakibatkan hubungan orang tua dan anak kurang menyenangkan. Hal ini dapat berdampak terhadap tingkat percaya diri anak Anda, karena kurangnya hubungan dalam hal berinteraksi dan berbicara langsung.

Anak lahir dengan motivasi dari dalam dirinya. Orang tua berperan untuk mengembangkan motivasi dalam diri anak bukan memupuk motivasi dari luar dirinya. Motivasi untuk melakukan sesuatu yang didorong dari luar diri anak (misalnya karena hadiah atau sogokan), tidak membentuk kemampuan dan perilaku anak yang baik.