Ayo Lindungi Anak Dari Kekerasan Seksual
Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama bagi pembentukan pribadi dan karakter setiap individu. Orang tua memegang peran penting dan strategis dalam mengantarkan pendidikan bagi putra-putrinya. Keberhasilan orang tua dalam mendidik akan sangat bergantung pada kecakapan dan pola asuh yang dimilikinya.
Kita semua menginginkan anak-anak yang cerdas dan berkarakter, tetapi dalam kenyataannya banyak tantangan yang dialami oleh anak. Diantaranya ialah kekerasan seksual.
Kekerasan seksual terhadap anak adalah Tindakan pemaksaan atau bujukan untuk melakukan kegiatan seksual terhadap anak dengan tujuan kepuasan pribadi pelaku. Bentuk kekerasan seksual terhadap anak yang harus kita waspadai bersama yaitu kekerasan seksual terhadap anak dalam kehidupan nyata dan kekerasan seksual terhadap anak di dunia maya (online).
Zaman serba digital saat ini, tidak jarang kita melihat anak usia sekolahan sudah mengoperasikan gadget di rumah, sekolah atau di lingkungan umum seperti pasar, café, mall dan tempat umum lainnya. Ironisnya, sebagian orangtua tidak memperdulikan atau mengabaikan aktifitas anak ketika memegang perangkat sejenis gadget yang dipegang anaknya.
Dalam kehidupan nyata sudah banyak kasus memilukan perilaku kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi, khususnya Indonesia. Lantas seperti apa bentuk kekerasan seksual terhadap anak ? sebagaimana di kutip dari laman sahabatkeluarga berikut ini beberapa bentuk kekerasan seksual terhadap anak ;
- Sentuhan atau rabaan terhadap bagian-bagian tubuh pribadi anak
- Memaksa atau membujuk anak agar memperlihatkan bagian-bagian tubuh
- Memperlihatkan alat kelamin terhadap anak
- Memaksa melakukan hubungan seksual
Selain itu, ada beberapa tempat yang rentan bahkan sering terjadinya tindakan kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi pada beberapa kasus sebelumnya, seperti transportasi umum, tempat karaoke, tempat pesta, sekolah, rumah, warnet, bioskop dan taman bermain. Pelaku kekerasan seksual terhadap anakpun beragam, mulai dari oknum asisten rumah tangga/ pembantu, oknum anggota keluarga, oknum warga sekolah, orang tidak dikenal bahkan teman sebaya/ teman bermain anak.
Sedangkan di dunia maya (online), kekerasan seksual terhadap anak terjadi yang dimulai dari bujuk rayu pelaku dengan mengajak anak berteman dan menjalin hubungan secara emosi melalui pesan/ chatting hingga mengarahkan anak melakukan kegiatan seksual. Ketika pelaku menguasai emosi anak di dunia maya, hal ini menjadikan interaksi online pelaku dengan anak mengarah kepada aktifitas seksual seperti saling mengirim dan menerima foto serta video yang berbau pornografi.
Ketika anak mengalami kekerasan seksual, anak cenderung menunjukkan perilaku yang tidak seperti biasanya, oleh sebab itulah sebagai orangtua kita harus peka terhadap perilaku anak. Berikut ini beberapa hal yang terjadi bila anak mengalami kekerasan seksual :
- Sering menyendiri
- Menghindari dari kegiatan keluarga
- Sering melamun
- Terkadang mudah tersinggung dan emosional
- Terlihat murung
- Prestasi di sekolah menurun
- Sering bolos
- Enggan untuk mengikuti kegiatan sekolah
- Tingkat konsentrasi serta minat belajar menurun
- Sering menutup diri
Dari uraian singkat diatas terkait dengan bentuk kekerasan seksual terhadap anak, ini yang perlu dilakukan orangtua guna mencegah kekerasan seksual terhadap anak :
- Melibatkan anak dalam merencanakan kegiatan keluarga, membuat keputusan, dan memecahkan masalah keluarga
- Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan dunia digital
- Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama
- Mendampingi pada saat anak mengalami kesulitan
- Berkomunikasi, berdiskusi, dan berdialog dengan anggota keluarga secara rutin
- Mengingatkan anak agar waspada terhadap kekerasan seksual pada saat sendiri
- Menjalin hubungan yang hangat dan erat dengan anggota keluarga
- Mengajarkan nilai-nilai agama dan norma sosial yang berlaku
- Mengenal teman-teman anak (termasuk di lingkungan sekolah)
STOP KEKERASAN TERHADAP ANAK !!!
referensi : sahabatkeluarga dikbud